Thursday, June 21, 2018

Aksi 3 Jenderal Polisi Menyamar Sikat Anak Buah Nakal dan Praktek Pungli

Masih hangat dalam ingatan kita tentang aksi heroik Ibu AKP Rochana Sulistyaningrum yang nekat menyamar jadi Wanita PSK demi menghentikan praktek pelacuran di wilayah tempatnya bertugas. Tak kalah hebat dengan Ibu Kapolsek Rochana,  3 Jenderal Polisi ini juga rela menyamar demi memberantas anak buah nakal yang kerap melakukan praktek pungli serta pelayanan Kepolisian yang tidak profesional untuk masyarakat. Siapa sajakah para petinggi Polri yang luar biasa ini? Langsung saja kita garukk cuy 😀

1. Komjen Suhardi Alius, Menyamar Jadi Korban Kejahatan Hipnotis


Mengutip dari detik.com, Komjen Suhardi Alius sewaktu masih menjabat Wakapolda Metro Jaya di tahun 20011/2012, dirinya pernah menyamar jadi warga biasa yang menjadi korban kejahatan Hipnotis. Hal ini bertujuan agar dia mengetahui secara langsung bagaimana kinerja ‘asli’ anak buahnya di lapangan.

Dengan berpenampilan seminimalis mungkin, memakai celana jins, kaos oblong serta sendal jepit swallow dirinya mendatangi sebuah Polsek di Jakarta Pusat. Ketika melapor ada Bintara Muda yang sedang bertugas jaga justru menunjukkan sikap cuek, malahan menyuruh Komjen Suhardi untuk pergi ke Pospol saja, konyolnya lagi tanpa dianterin juga.

‘Adik saya kena hipnotis, jawab Suhardi saat ditanya bintara muda itu. Bintara muda lantas menyarankan Suhardi lapor ke pos polisi (pospol). Dia kesal lantaran petugas polsek itu tidak mau menerima laporannya. Ia pun meminta sang bintara mengantarnya ke pospol. Dilihatnya banyak mobil patroli yang nganggur di situ. Namun, bintara tersebut tetep keukeuh tidak mau mengantar sang jenderal yang sedang menyamar itu.

Singkat cerita saat di Pospol Komjen Suhardi bertemu dengan Bintara yang sudah berusia paruh baya, tapi ia begitu sigap melayani Suhardi dengan baik dan profesional. Esoknya paginya, Komjen Suhardi langsung menghubungi Kapolres Jakarta Pusat agar memanggil Bintara baik hati itu untuk segera menghadapnya.

Selanjutnya Komjen Suhardi memberikan hadiah penghargaan kepada Polisi Tua yang dianggapnya cakap dan tulus membantu ketika masyarakat membutuhkan pertolongan. Bagaimana dengan nasib bintara muda yang cuek bebek entu? Untungnya cuma ditegur doang cuy agar tidak mengulangi lagi, padahal bisa banget loh kalo Komjen Suhardi ini minta agar anak buahnya yang tengil tersebut segera di mutasi ke tempat yang gak pernah dilewati manusia 😀

2. Irjen Arief Sulistyanto, Menciduk Polantas Nakal 


Cerita blusukan Jenderal Polisi nyamar berikutnya datang dari Irjen Arief Sulistyanto. Di bulan Juni tahun 2004, Saat Irjen Arief baru beberapa hari menjadi Kapolda Kalimantan Barat. Dirinya sengaja memboncengkan sang istri tercinta untuk berkeliling Kota Pontianak dengan sepeda motor.

Tanpa dikawal dengan ajudannya, hanya berdua dengan sang istri dan tidak memakai seragam Polisi. Di sebuah pos Penjagaan Polisi dekat pasar, dirinya melihat sejumlah pengendara motor yang sedang bergerombol di satu sudut.


Polisi-polisi lalu lintas yang berjaga di tempat itu nakal. Mereka menangkapi para pengendara motor yang melanggar rambu larangan U-turn untuk kemudian dibawa masuk ke Pos Lantas. Hampir satu jam ia mengamat-amati, kemudian mulai mendekati pos. Konyolnya Irjen Arief malah diusir oleh para Polantas nakal yang sedang bertugas.

Cerita selanjutnya bisa ditebak, Arief langsung membentak memarah-marahi para Polantas nakal itu. Betapa ketakutannya mereka ketika mengetahui orang yang tadinya mereka usir itu ternyata Kapolda Kalimantan Barat. Hukuman tegas pun sudah menanti mereka! Endingnya Pos Lantas langsung disuruh bongkar, diubah menjadi Balai Polisi dan Masyarakat.

3. Irjen Djoko Prastowo, Menangkap Basah Praktek Pungli Tilang Anak Buah


Jauh lebih sadis kelakuan oknum Polisi Nakal kepada Irjen Djoko Prastowo, Ya jenderal besar ini juga pernah dikerjai oknum bawahannya sendiri. Di penghujung tahun 2015 Irjen Djoko Prastowo pernah mengemudikan mobil sendirian tanpa atribut kepolisian dan pengawalan satupun saat dirinya melintasi Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Layaknya warga sipil biasa, di salah satu ruas jalan dia melanggar rambu-rambu dan langsung kena semprit polisi lalu lintas yang berjaga di tempat itu. Kemudian Jenderal yang sedang menyamar jadi warga sipil ini diajak masuk ke dalam Pos Penjagaan Polisi. Lucunya ketika di dalam Polisi bandel itu bukan memberikan surat bukti pelanggaran tilang melainkan mengajaknya bernegosiasi alias minta uang jago aka uang damai.

Irjen Djoko awalnya tidak mau memberikan uang, ia ingin agar ditilang resmi. Namun oknum polisi itu terus-terusan saja keukeh minta duit dan proses nego berjalan alot hingga Irjen Djoko mengalah dan mengeluarkan sejumlah uang yang diminta si polisi nakal itu.

Tapi jangan senang dulu! Setelah uang itu diterima ditangan, Irjen Djoko baru mengungkapkan jati dirinya sebagai Kapolda Sumatera Selatan. Betapa shocknya oknum Polisi itu, dengan muka keringat dingin seperti menahan berak dicelana, berulang kali ia meminta maaf atas kelancangannya. Tak ingin menanggapi, Irjen Djoko langsung menghubungi Kabid Propam Kombes Hendro untuk segera datang ke lokasi ‘mengamankan’ si oknum polantas bandel itu.

‘Oknum Anggota itu tetap memaksa minta duit damai, padahal waktu itu saya minta ditilang saja. Dia (polisi pungli) saya tanya mana surat tugas, malah tidak bisa menunjukkan, ungkap Irjen Djoko Prastowo menceritakan pengalaman tak mengenakkan yang pernah ia alami sendiri di lapangan.



0 comments:

Post a Comment

 
close